Kamis, 12 November 2015

Istilah penting dalam mekanika fluida

Mekanika fluida serta Istilah Pentingnya

MEKANIKA FLUIDA
Mekanika fluida adalah cabang ilmu dari mekanika yang mempelajari fluida (yang dapat berupa cairan dan gas). Mekanika fluida dapat dibagi menjadi fluida statik dan fluida dinamik. Fluida statis mempelajari fluida pada keadaan diam sementara fluida dinamis mempelajari fluida yang bergerak dan interaksi fluida dengan padatan atau fluida lain pada permukaan batasnya.

KONSEP DASAR DALAM MEKANIKA FLUIDA
LAMINER dan TURBULEN
Laminer

Adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikel-partikel fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer, partikel-partikel fluida seolah-olah bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus dan lancar, dengan satu lapisan meluncur secara mulus pada lapisan yang bersebelahan. Sifat kekentalan zat cair berperan penting dalam pembentukan aliran laminer. Aliran laminer bersifat steady maksudnya alirannya tetap. “Tetap” menunjukkan bahwa di seluruh aliran air, debit alirannya tetap atau kecepatan aliran tidak berubah menurut waktu. 
Aliran fluida pada pipa, diawali dengan aliran laminer kemudian pada fase berikutnya aliran berubah menjadi aliran turbulen. Fase antara laminer menjadi turbulen disebut aliran transisi. Aliran laminar mengikuti hukum Newton tentang viskositas yang menghubungkan tegangan geser dengan laju perubahan bentuk sudut. Tetapi pada viskositas yang rendah dan kecepatan yang tinggi aliran laminar tidak stabil dan berubah menjadi aliran turbulen. 
Bisa diambil kesimpulan mengenai ciri- ciri aliran laminar yaitu: fluida bergerak mengikuti garis lurus, kecepatan fluidanya rendah, viskositasnya tinggi dan lintasan gerak fluida teratur antara satu dengan yang lain.

Turbulen
Kecepatan aliran yang relatif besar akan menghasilakan aliran yang tidak laminar melainkan komplek, lintasan gerak partikel saling tidak teratur antara satu dengan yang lain. Sehingga didapatkan Ciri dari lairan turbulen: tidak adanya keteraturan dalam lintasan fluidanya, aliran banyak bercampur, kecepatan fluida tinggi, panjang skala aliran besar dan viskositasnya rendah. Karakteristik aliran turbulen ditunjukkan oleh terbentuknya pusaran-pusaran dalam aliran, yang menghasilkan percampuran terus menerus antara partikel partikel cairan di seluruh penampang aliran.
Untuk membedakan aliran apakah turbulen atau laminer, terdapat suatu angka tidak bersatuan yang disebut Angka Reynold (Reynolds Number). Angka ini dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Re = (4 v R)/ϑ
Dimana:
Re = Angka Reynold (tanpa satuan)
V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
R = Jari-jari hydraulik (ft atau m)
ϑ = Viskositas kinematis, tersedia dalam tabel sifat-sifat cairan (ft2/s atau m2/s
Menurut hasil percobaan oleh Reynold, apabila angka Reynold kurang daripada 2000, aliran biasanya merupakan aliran laminer. Apabila angka Reynold lebih besar daripada 4000, aliran biasanya adalah turbulen. Sedang antara 2000 dan 4000 aliran dapat laminer atau turbulen tergantung pada faktor-faktor lain yang mempengaruhi.

NEWTONIAN DAN NON NEWTONIAN
Newtonian
Adalah fluida yang tegangan gesernya berbanding lurus secara linier dengan gradien kecepatan pada arah tegak lurus dengan bidang geser. Definisi ini memiliki arti bahwa fluida newtonian akan mengalir terus tanpa dipengaruhi gaya-gaya yang bekerja pada fluida. Konstanta yang menghubungkan tegangan geser dan gradien kecepatan secara linier dikenal dengan istilah viskositas. Persamaan yang menggambarkan fluida Newtonian adalah:
τ= μ dv/dx .................(1)

di mana
τ = tegangan geser yang dihasilkan oleh fluida
μ = viskositas fluida-sebuah konstanta proporsionalitas
dv/dx = gradien kecepatan yang tegak lurus dengan arah geseran

Viskositas pada fluida Newtonian secara definisi hanya bergantung pada temperatur dan tekanan dan tidak bergantung pada gaya-gaya yang bekerja pada fluida.
Non Newtonian
Sedangkan fluida non newtonian adalah fluida non-newtonian akan mengalir terus tanpa dipengaruhi gaya-gaya yang bekerja pada fluida. Bila fluida non-Newtonian diaduk, akan tersisa seperti suatu "lubang". Lubang ini akan terisi seiring dengan berjalannya waktu. Sifat seperti ini dapat teramati pada material-material seperti puding. Peristiwa lain yang terjadi saat fluida non-Newtonian diaduk adalah penurunan viskositas yang menyebabkan fluida tampak "lebih tipis" (dapat dilihat pada cat).

COMPRESSIBLE DAN NON COMPRESSIBEL
Compressibel (kemampatan)
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut, atau bisa dikatakan fluida yang massa jenisnya tidak konstan atau dapat berubah-ubah, contohnya ialah fluida gas, yang massa jenisnya dapat berubah-ubah. Kemampatan dinyatakan dengan K. 
Non Compressibel (tidak termampatkan)
Sedangkan fluida yang incompresible ialah fluida yang massa jenisnya konstan, contohnya ialah air.

INVISCID dan VISCOUS
Inviscid (Aliran tak termampatkan tanpa gesekan)
Inviscid adalah aliran nonkompresibel yang tidak mengalami gesekan. Aliran tanpa gesekan adalah aliran fluida yang pengaruh gesekannya diabaikan atau pengaruh kekentalan (viskositas) fluida tidak mempengaruhi aliran fluida. Meskipun pada kenyataannya semua fluida mempunyai viskositas namun pada kondisi tertentu pengaruh viskositas tidak mempengaruhi sifat fluida sehingga dapat diabaikan. 
Dapat disimpulakan bahwa fluida yang inviscid ialah fluida yang dianggap tiadak mempunyai viskositas(hambatan) atau kekentalan.

Viscous
Viscous adalah fluida yang masih dipengaruhi oleh viskositas(hambatan) atau kekentalan. Dan merupakan sifat yang yang ada dalam fluida yang menentukan karakteritas fluida tersebut. Viskositas juga merupakan hasil dari gaya-gaya yang dihasilkan saat lapisan fluida tersebut bergesekan dengan benda lain. Aliran viscous adalah aliran yang terjadi pada fluida yang pekat atau kental, kepekatan atau kekentalan fluida ini tergantung oleh gesekan antara passtikel penyusun fluida tersebut. Aliran viscous dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu aliran laminar dan aliran turbulen.
Satuan viskositas adalah kg/(m.s) atau Pa.s, 
dan g/(cm.s) atau dikenal sebagai poise (P).
a.1 Pa.s = 10 poise
b.1 Pa.s = 103 cP 
c.1 centipoise (cP) = 10-2 poise.
d.1 centipoise (cP) = 10-3 Pa.s.


STEADY DAN UNSTEADY FLOW
Steady Flow
Aliran Steady terjadi di titik manapun bila kondisi seperti kecepatan, tekanan dan kondisi lintasan partikel di dalam fluida tidak terjadi perubahan terhadap waktu. Tetapi dalam kenyataannya, kecepatan dan tekanan dalam fluida selalu bervariasi dari waktu ke waktu dan dari satu tempat ke tempat lain. Apabila rata- rata kecepatan dan tekanan tersebut adalah konstan, maka aliran tersebut dimasukkan ke aliran steady. Sehingga didapatkan macam-macam aliran steady yaitu:
Aliran uniform steady adalah aliran yang mempunyai kondisi tidak berubah terhadap posisi dan waktu. Kecepatan dan penampang aliran fluida sama dalam satu bentuk penampang. Misalnya, aliran dalam pipauniform dengan kecepatan konstan.
Aliran non-uniform steady adalah aliran yang kondisinya berubah dari satu posisi ke posisi yang lain tetapi tetap terhadap waktu. Kecepatan dan penampang aliran fluida sama dalam beberapa bentuk penampang aliran yang berbeda tetapi tidak berbeda terhadap waktu. Contohnya, aliran fluida dalam pipa yang berbentuk tangga dengan kecepatan yang konstan. 
Dimana aliran dikatakan uniform, bila kecepatan aliran fluida sama dari titik satu ke titik yang lain dan sebaliknya. 
Dalam rumusan matematis aliran steady dapat dirumuskan:
∂μ/∂t = 0 
∂μ yaitu perubahan kondisi fluida, misal kecepatan, dan ∂t adalah perubahan waktu. 
Unsteady Flow
Apabila aliran pada suatu titik dalam suatu aliran mempunyai kondisi yang berubah terhadap waktu. Contohnya adalah seperti aliran banjir. Dalam rumusan matematis aliran steady dapat dirumuskan:
∂v/∂t≠0 dan ∂Q/∂t≠0
Q=A.V=tdak konstan(Qin≠Qout)
∂v yaitu perubahan kondisi fluida, misal kecepatan, dan ∂t adalah perubahan waktu.
Macam-macam aliran unsteady sebagai berikut :
Unsteady uniform, aliran pada saat tertentu mempunyai kecepatan pada setiap posisi yang sama, tetapi kecepatan akan berubah terhadap waktu. Contohnya, seperti pipa pada saat mulai dipompa.
Unsteady non-uniform, aliran yang mempunyai model aliran dan kecepatan yang bervariasi dari satu posisi ke posisi yang lain dan juga berubah terhadap waktu. Contohnya, pada gelombang air yang menjalar pada kanal.

Keterangan:
Aliran seragam (uniform flow) adalah merupakan aliran jenis yang lain, kata “tetap” menunjukkan kecepatan aliran di sepanjang saluran adalah tetap, dalam hal kecepatan lairan tidak tergantung pada tempat atau bisa dikatakan tidak tergantung pada tempat. Bila dirumuskan:
∂v/∂s = 0
Aliran tidak seragam (non-uniform flow),merupakan kebalikan dari lairan uniform. Yaitu kecepatan aliran berubah menurut tempatnya.
Penulisan rumus matematisnya:
∂v/∂s ≠ 0

One Phase and Multiphase Dimensi Flow
One Phase Dimensi Flow
Aliran satu dimensi adalah suatu aliran yang sederhana, dalam hali ini parameter- parameter aliran dapat dinyatakan sebagai fungsi waktu dan tempat pada satu arah koordinat saja. Biasanya satu arah tersebut diambil pada arah aliran. Aliran ini mengabaikan variasi atau perubahan kecepatan, tekanan, kerapatan dan sifat-sifat lainnya. Biasanya aliran ini dijumpai pada pipa.
Multiphase Dimensi Flow
Sedangkan multiphase dimensi flow, parameter-parameter aliran dinyatakan sebagai fungsi waktu dan tempat pada beberapa arah koordinat, yaitu arah sumbu x, y,z dan t. Dimana t merupakan fungsi koordinat waktu.

Internal Flow and External Flow
Internal Flow
Aliran internal ialah suatu aliran yang dilingkupi oleh permukaan suatu zat padat. 
External Flow
aliran eksternal ialah aliran yang terjadi pada fluida yang tidak terlingkupi. Baik internal maupun eksternal, dapat berupa laminer ataupun turbulen, kompresibel ataupun inkompresibel. Contohnya, jika sebuah cairan di alirkan ke sebuah papan yang datar maka aliran tersebut dapat mengalir ke berbagai arah tanpa batas.

Rotational and Irrotational Flow
Rotational Flow
Jika ditinjau dari partikel, maka aliran dikatakan rotasional jika partikel fluida bergerak dalam arah aliran mengitari sumbunya.
Irrotational Flow
Bila ditinjau dari partikelnya adalah jika partikel fluida mengalir dalam bentuk laminer tidak berputar disekitar sumbunya, kemudian aliran dikatakan tidak berputar (irrotational flow)

Senin, 19 Mei 2014

Menghitung COP, Effisiensi, Laju Aliran, dan Kerja yang Dilakukan Kompresor Pada Sistem Refrigerasi


Bila diketahui refrigeran R-22 digunakan pada suatu sistem refrigerasi kompresi uap yang bekerja dengan tekanan evaporasi 3 bar gauge dan rasio kompresi 4,5. Bila kapasitas pendinginannya adalah 25 kW,
Tentukan :
a. Gambarkan siklus pada diagram P-h (lakukan secara manual, tidak
    boleh menggunakan program)
b. COP Carnot, COP aktual, dan efisiensi refrigerasi dari sistem,
c. Laju aliran refrigerant dalam sistem
d. Kerja yang dilakukan oleh Kompresor
=====================================
Diketahui:
Refrigerant = R-22
Evaporating pressure (pe) = 3 bar gauge
Rasio Kompresi = 4,5
Kapasitas Pendinginan (Qe) = 25 kW
=====================================



Diagram Mollier R-22



a. Gambarkan siklus pada diagram p-h
     Langkah 1:
     Cari dulu tekanan absolute kondensasi-nya:
     Absolute pc = rasio kompresi x absolute evaporating pressure
     Absolute pc = 4,5 x ( 3 + 1,013 )
     Absolute pc = 18,06 bar
     Dari table properties R-22 diketahui:
     Temperature evaporasi (te)= -6,45 °C
     Temperature kondensasi (tc)= 46,85 °C
     Langkah 2:
     Buat gbr di p-h diagram (note: lihat photo)
     Dari gbr tersebut diketahui:
     h1 = 402,96 kj/kg
     h2 = 441,06 kj/kg
     h3 = 258,91 kj/kg
     h4 = 258,91 kj/kg
———————————————————–
b. COP Carnot, COP aktual, dan efisiensi refrigerasi dari sistem
    COP Carnot = absolute evaporating temp. / (absolute condensing temp. – absolute evaporating temp.)
    COP Carnot = 273,15 + te / tc – te
    COP Carnot = 273,15 – 6,45 / (46,85 + 6,45)
    COP Carnot = 266,7 / 53,3
    COP Carnot = 4,985
———————————————————–
    COP actual = h1 – h4 / h2 – h1
    COP actual = (402,96 – 258,91) / (441,06 – 402,96)
    COP actual = 144,05 / 38,1
    COP actual = 3,78
———————————————————–
    Effisiensi refrigerasi = COP aktual / COP Carnot
    Effisiensi refrigerasi = 3,78 / 4,985
    Effisiensi refrigerasi = 0,76
———————————————————–
c.  Laju refrigerant dalam system
    Laju refrigerant dalam system = Kapasitas Pendinginan / Effect refrigerasi
    Laju refrigerant dalam system = Qe / qe
    Laju refrigerant dalam system = 25 kj/s / 144,05 kj/kg
    Laju refrigerant dalam system = 0,17 kg/s
———————————————————–
d. Kerja yang dilakukan oleh Kompresor
    kerja kompresor = laju refrigerant x (h2 – h1)
    kerja kompresor = 0,17 x (441,06 – 402,96)
    kerja kompresor = 0,17 x 38,1
    kerja kompresor = 6,477 kj/s
    kerja kompresor = 6,447 kW

Jumat, 09 Mei 2014

SISTEM REFRIGERASI & AIR CONDITIONING

Sistem refrigerasi sangat menunjang peningkatan kualitas hidup manusia. Kemajuan dalam bidang refrigerasi akhir-akhir ini adalah akibat dari perkembangan sistem kontrol yang menunjang kinerja dari sistem refrigerasi. Apalikasi dari sistem refrigerasi tidak terbatas, tetapi yang paling banyak digunakan adalah untuk pengawetan makanan dan pendingin suhu, misalnya lemasi es, freezer , cold strorage, air conditioner/ AC Window, AC split dan AC mobil. Dengan perkembangan teknologi saat ini, refrigeran (bahan pendingin) yang di pasarkan dituntut untuk ramah lingkungan, di samping aspek teknis lainnya yang diperlukan. Apapun refrigeran yang dipakai, semua memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing oleh karena itu, diperlukan kebijakan dalam memilih refrigerant yang paling aman berdasarkan kepentingan saat ini dan masa yang akan datang.
Siklus Refregerasi
Prinsip terjadinya suatu pendinginan di dalam sistem refrigerasi adalah penyerapan kalor oleh suatu zat pendingin yang dinamakan refrigeran. Karena kalor yang berada di sekeliling refrigeran diserap, akibatnya refrigeran akan menguap sehingga temperatur di sekitar refrigeran akan bertambah dingin. Hal ini dapat terjadi mengingat penguapan memerlukan kalor.
Di dalam suatu alat pendingin (misal lemari es) kalor diserap di evaporator dan dibuang ke kondensor. Uap refrigeran yang berasal dari evaporator yang bertekanan dan bertemperatur rendah masuk ke kompresor melalui saluran hisap. Di kompresor uap refrigeran tersebut dimampatkan, sehingga ketika ke luar dari kompresor uap refrigeran akan bertekanan dan bersuhu tinggi, jauh lebih tinggi dibanding temperatur udara sekitar. Kemudian uap menuju ke kondensor melalui saluran tekan. Di kondensor uap tersebut akan melepaskan kalor, sehingga akan berubah fasa dari uap menjadi cair (terkondensasi) dan selanjutnya cairan tersebut terkumpul di penampungan cairan refrigeran. Cairan refrigeran yang bertekanan tinggi mengalir dari penampung refrigean ke katup ekspansi. Keluar dari katup ekspansi tekanan menjadi sangat berkurang dan akibatnya cairan refrigeran bersuhu sangat rendah. Pada saat itulah cairan tersebut mulai menguap yaitu di evaporator, dengan menyerap kalor dari sekitarnya hingga cairan refrigeran habis menguap. Akibatnya evaporator menjadi dingin. Bagian inilah yang dimanfaatkan untuk mengawetkan bahan makanan atau untuk mendinginkan ruangan. Kemudian uap refrigeran akan dihisap oleh kompresor dan demikian seterusnya proses-proses tersebut berulang kembali.
Komponen Sistem Refrigerasi  
Mekanik mesin pendingin terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing dihubungkan dengan menggunakan pipia-pipa tembaga atau selang pada akhirnya merupakan sebuah system yang bekerja secara serempak (simultan).
1. Kompresor
Kompresor merupakan jantung dari sistem refrigerasi. Pada saat yang sama kompresor menghisap uap refrigeran yang bertekanan rendah dari evaporator dan mengkompresinya menjadi uap bertekanan tinggi sehingga uap akan tersirkulasi.
Kebanyakan kompresor yang dipakai saat ini adalah dari jenis torak. Ketika torak bergerak turun dalam silinder, katup hisap terbuka dan uap refrigerant masuk dari saluran hisap ke dalam silinder. Pada saat torak bergerak ke atas, tekanan uap di dalam silinder meningkat dan katup hisap menutup, sedangkan katup tekan akan terbuka, sehingga uap refrigean akan ke luar dari silinder melalui saluran tekan menuju ke kondensor.
2. Kondensor
Kondensor juga merupakan salah satu komponen utama dari sebuah mesin pendingin. Pada kondensor terjadi perubahan wujud refrigeran dari uap super-heated (panas lanjut) bertekanan tinggi ke cairan sub-cooled (dingin lanjut) bertekanan tinggi. Agar terjadi perubahan wujud refrigeran (dalam hal ini adalah pengembunan/condensing), maka kalor harus dibuang dari uap refrigeran.
Kalor/panas yang akan dibuang dari refrigeran tersebut berasal dari :
1. Panas yang diserap dari evaporator, yaitu dari ruang yang didinginkan
2. Panas yang ditimbulkan oleh kompresor selama bekerja
Fungsi kondensor adalah untuk merubah refrigeran gas menjadi cair dengan jalan membuang kalor yang dikandung refrigeran tersebut ke udara sekitarnya atau air sebagai medium pendingin/condensing. Gas dalam kompresor yang bertekanan rendah dimampatkan/dikompresikan menjadi uap bertekanan tinggi sedemikian rupa, sehingga temperatur jenuh pengembunan (condensing saturation temperature) lebih tinggi dari temperature medium pengemburan (condensing medium temperature). Akibatnya kalor dari uap bertekanan tinggi akan mengalir ke medium pengembunan, sehingga uap refrigean akan terkondensasi.
3. Katup Ekspansi
Setelah refrigeran terkondensasi di kondensor, refrigeran cair tersebut masuk ke katup ekspansi yang mengontrol jumlah refrigeran yang masuk ke evaporator. Ada banyak jenis katup ekspansi; tiga di antaranya adalah pipa kapiler, katup ekspansi otomatis dan katup ekspansi termostatik.
a. Pipa Kapiler (Capilarry Tube)
Katup ekspansi yang umum digunakan untuk sistem refrigerasi rumah tangga adalah pipa kapiler. Pipa kapiler adalah pipa tembaga dengan diameter lubang kecil dan panjang tertentu. Besarnya tekanan pipa kapiler bergantung pada ukuran diameter lubang dan panjang pipa kapiler. Pipa kapiler di antara kondensor dan evaporator. Refrigeran yang melalui pipa kapiler akan mulai menguap. Selanjutnya berlangsung proses penguapan yang sesungguhnya di evaporator. Jika refrigeran mengandung uap air, maka uap air akan membeku dan menyumbat pipa kapiler. Agar kotoran tidak menyumbat pipa kapiler, maka pada saluran masuk pipa kapiler dipasang saringan yang disebut strainer.
Ukuran diameter dan panjang pipa kapiler dibuat sedemikian rupa, sehingga refrigeran cair harus menguap pada akhir evaporator. Jumlah refrigeran yang berada dalam sistem juga menentukan sejauh mana refrigeran di dalam evaporator berhenti menguap, sehingga pengisian refrigeran harus cukup agar dapat menguap sampai ujung evaporator. Bila pengisian kurang, maka akan terjadi pembekuan pada sebagian evaporator. Bila pengisian berlebih, maka ada kemungkinan refrigeran cair akan masuk ke kompresor yang akan mengakibatkan rusaknya kompresor. Jadi sistem pipa kapiler mensyaratkan suatu pengisian jumlah refrigeran yang tepat.
b. Katup Ekspansi Otomatis
Sistem pipa kapiler sesuai digunakan pada sistem dengan beban tetap (konstan) seperti pada lemari es atau freezer. Tetapi dalam beberapa keadaan, untuk beban yang berubah-ubah dengan cepat harus digunakan katup ekspansi jenis lainnya. Beberapa katup ekspansi yang peka terhadap perubahan beban, antara lain adalah katup ekspansi otomatis (KEO) yang menjaga agar tekanan hisap atau tekanan evaporator besarnya tetap konstan.
Bila beban evaporator bertambah maka temperatur evaporator menjadi naik karena banyak cairan refrigeran yang menguap sehingga tekanan di dalam saluran hisap (di evaporator) akan menjadi naik pula. Akibatnya “bellow” akan bertekan ke atas hingga lubang aliran refrigeran akan menyempit dan ciran refrigeran yang masuk ke evaporator menjadi berkurang. Keadaan ini menyebabkan tekanan evaporator akan berkurang dan “bellow” akan tertekanan ke bawah sehingga katup membuka lebar dan cairan refrigeran akan masuk ke evaporator lebih banyak. Demikian seterusnya.
c. Katup Ekspansi Termostatik (KET)
Jika KEO bekerja untuk mempertahankan tekanan konstan di evaporator, maka katup ekspansi termostatik (KET) adalah satu katup ekspansi yang mempertahankan besarnya panas lanjut pada uap refrigeran di akhir evaporator tetap konstan, apapun kondisi beban di evaporator.
Cara kerja KET adalah sebagai berikut:
Jika beban bertambah, maka cairan refrigran di evaporator akan lebih banyak menguap, sehingga besarnya suhu panas lanjut di evaporator akan meningkat. Pada akhir evaporator diletakkan tabung sensor suhu (sensing bulb) dari KET tersebut. Peningkatan suhu dari evaporator akan menyebabkan uap atau cairan yang terdapat ditabung sensor suhu tersebut akan menguap (terjadi pemuaian) sehingga tekanannya meningkat. Peningkatan tekanan tersebut akan menekan diafragma ke bawah dan membuka katup lebih lebar. Hal ini menyebabkan cairan refrigeran yang berasal dari kondensor akan lebih banyak masuk ke evaporator. Akibatnya suhu panas lanjut di evaporator kembali pada keadaan normal, dengan kata lain suhu panas lanjut di evaporator dijaga tetap konstan pada segala keadaan beban.
4. Evaporator
Pada evaporator, refrigeran menyerap kalor dari ruangan yang didinginkan. Penyerapan kalor ini menyebabkan refrigeran mendidih dan berubah wujud dari cair menjadi uap (kalor/panas laten). Panas yang dipindahkan berupa :
  1. Panas sensibel (perubahan tempertaur). Temperatur refrigeran yang memasuki evaporator dari katup ekspansi harus demikian sampai temperatur jenuh penguapan (evaporator saturation temparature). Setelah terjadi penguapan, temperatur uap yang meninggalkan evaporator harus pupa dinaikkan untuk mendapatkan kondisi uap panas lanjut (super-heated vapor)
  2. Panas laten (perubahan wujud). Perpindahan panas terjadi penguapan refrigeran. Untuk terjadinya perubahan wujud, diperlukan panas laten. Dalam hal ini perubahan wujud tersebut adalah dari cair menjadi uap atau menguap (evaporasi). Refrigeran akan menyerap panas dari ruang sekelilingnya. Adanya proses perpindahan panas pada evaporator dapat menyebabkan perubahan wujud dari cair menjadi uap.
Kapasitas evaporator adalah kemampuan evaporator untuk menyerap panas dalam periode waktu tertentu dan sangat ditentukan oleh perbedaan temperatur evaporator (evaporator temperature difference). Perbedaan tempertur evaporator adalah perbedaan antara temperatur jenis evaporator (evaporator saturation temperature) dengan temperatur substansi/benda yang didinginkan. Kemampuan memindahkan panas dan konstruksi evaporator (ketebalan, panjang dan sirip) akan sangat mempengaruhi kapaistas evaporator.

Selasa, 11 Februari 2014


       Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala bunga api. Ditemukan oleh Nickolous Otto. Pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini, campuran bahan bakar dan udara dibakar dengan menggunakan percikan bunga api dari busi. Piston bergerak dalam empat langkah dalam silinder, sedangkan poros engkol berputar dua kali untuk setiap siklus thermodinamika. Mesin seperti ini disebut Internal combustion engines atau mesin pembakaran internal dan termasuk mesin 4 langkah. Skema berikut memperlihatkan setiap langkah piston 

         Mula-mula campuran udara dan uap bensin mengalir dari karburator menuju silinder pada saat piston bergerak ke bawah (langkah masukan). Selanjutnya campuran udara dan uap bensin dalam silinder dikompresi secara adiabatik ketika piston bergerak ke atas (langkah kompresi ), maka temperatur dan tekanan campuran meningkat. Pada saat yang sama, busi memercikkan bunga api sehingga campuran udara dan bahan bakar meledak dan saat itulah terjadi langkah kerja. Gas bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi tersebut memuai terhadap piston dan mendorong piston ke bawah (langkah ekspansi / pemuaian). Selanjutnya gas sisa pembakaran dibuang melalui katup pembuangan dan dialirkan menuju pipa pembuangan (langkah pembuangan).Katup masukan terbuka lagi dan keempat langkah diulangi.Gerakan katup dikendalikan oleh camshaft. Memerlukan roda gila besar  untuk melakukan alih kekuasaan dari stroke kerja ke stroke lainnya. Oleh karena itu konfigurasi multi silinder lebih umum, biasanya dengan 2,3,4,6,8 atau 12 silinder diatur dalam baris, vee atau menentang.